Jante Media, Jakarta – Harga beras dikabarkan mengalami penurunan di sejumlah daerah. Termasuk di Pasar Induk Beras Cipinang pada Rabu 28 Februari 2024.
Ketua Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta Nellys Soekidi mengutip Antara, Kamis (29/2/2024) mengatakan, harga jual beras di Pasar Induk Beras Cipinang pada Rabu 28 Februari 2024 relatif menurun. Beras kualitas medium dari Bulog dijual di pasar induk beras Cipinang dengan harga Rp 10.600/kilogram. “Mudah-mudahan masyarakat tidak perlu khawatir, hari ini trennya menurun dan banyak kelebihan pasokan. Masyarakat tidak perlu khawatir. Harga beras kualitas tinggi Rp 13.500-13.700/kg. Beras Pasar Induk Cipinang kemarin Rp 14.500/kilogram,” kata Nellis dilansir Antara.
Ketersediaan beras kualitas medium dan tinggi di pasar induk beras Cipinang Jakarta Timur tergolong normal dan mulai berkurang.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthy mengatakan, pasokan beras di Pasar Johar Karawang, Jawa Barat mendekati normal menjelang Ramadhan dan Ramadhan 1445 Hijriah.
“Dulu pasokan di Pasar Johar hanya 500 ton per hari, dengan tambahan SPHP 300 ton menjadi 800 ton per hari mendekati pasokan normal di sini yang rata-rata 1.000 ton per hari,” kata Bayu dalam keterangan resminya. Pernyataan pada Rabu, 28 Februari 2024
Bayu mengamati langsung keadaan stok beras di pasar Johar Karawang dan melihat pasokannya mulai meningkat mendekati kondisi normal.
Bayu memperkirakan, tambahan pasokan beras sebanyak 300 ton per hari dari Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) membuat pasokan beras di Karawang mendekati pasokan normal seperti biasanya.
Diakuinya, pihaknya akan terus melakukan berbagai langkah dan upaya pengendalian harga beras guna menjaga stabilitas pasar.
Oleh karena itu, kami berharap beras yang beredar di pasaran dapat segera kembali normal demi kesejahteraan masyarakat, kata Bayu.
Bayu menambahkan, Bulog berkomitmen memantau perkembangan harga beras dan pasokan pasar, serta mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasar dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan menyalurkan beras untuk program SPHP.
Stok beras Bulog juga mampu memenuhi penyaluran bantuan pangan beras 10 kg yang menyasar 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada Juni 2024.
Acin, Sekretaris Persatuan Pedagang Beras Pasar Johar Karawang, mengatakan harga beras di pasaran saat ini turun Rp 1.000-1.500 per kilogram (kg).
“Harga beras lokal Demak turun dari Rp14.500 menjadi Rp13.500 per kilogram. Sedangkan harga beras premium yang tadinya Rp 16.000 per kilo kini menjadi Rp 14.500 per kilo.” Pengiriman Beras Bulog
Acyn mengatakan, tambahan pasokan beras Bulog di Pasar Johar berdampak besar terhadap penurunan harga beras.
FYI, Pasar Johar Karawang merupakan pasar produsen grosir yang turut mempengaruhi kondisi beras di Jabodetabek.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA), Arief Prasetyo Adi, mengatakan harga beras akan turun saat puasa Ramadhan 2024. Hal ini akan diikuti dengan besarnya produk dan realisasi produk. . Pada tahun 2023, pemerintah akan mengimpor beras sebanyak 500.000 ton.
Otomatis (harga beras turun), kata Arief kepada media usai meninjau persediaan beras di pasar utama beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
Namun Arief tidak menyebutkan berapa besaran penurunan harga beras kualitas medium dan tinggi selama bulan puasa Ramadhan. Tempat panen termasuk sentra produksi padi.
Di sisi lain, penurunan harga beras dibarengi dengan penurunan harga gabah di tingkat petani yang berkisar antara Rp8.000,-Rp6,000-Rp7,000 per kilogram.
Arief mengatakan, penurunan harga beras di tingkat petani bukan merupakan penurunan sama sekali. Sebaliknya, hal ini disebabkan oleh harga beras yang memenuhi permintaan konsumen di tingkat hilir.
“Jadi, justru sebaliknya yang perlu dipertahankan, yaitu harga di tingkat petani.” Tapi kemudian kawan-kawan harus menyatakan bahwa ketika harga Rp 8 ribu (gandum) kembali ke Rp 65 -7 ribu, itu bukan penurunan harga, bukan karena teman-teman. “Teman di bawah ingin harganya naik. sekitar Rp 14.000,” jelasnya.
Awal tahun ini, menjelang Ramadhan, masyarakat dan pedagang warung makan riuh kenaikan harga beras. Harga beras masih lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET), berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PHPS) pada Selasa (27/2/2024).
Harga rata-rata beras medium nasional berkisar Rp15.250 per kilogram (Kg). Sedangkan beras premium berharga Rp 16.600 per kg.
Sedangkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras medium berkisar Rp 10.900 per kg. Sedangkan HET beras premium dipatok Rp 14.800 per kg.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Agraria Prof Dr Bustanul Arifin mengatakan produktivitas padi Indonesia masih rendah karena masih bergantung pada luas panen dibandingkan inovasi.
“Produktivitas sangat rendah” Pengamat Ekonomi Pertanian Prof Dr Bustanul Arifin saat menjadi pembicara pada acara Agromaritime Outlook 2024 di Bogor pada Selasa (27/2/2024).
Berdasarkan data BPS, hasil padi pada tahun 2018 sebesar 5,20 ton per hektar. Kemudian pada tahun 2019 turun menjadi 5,11 ton per hektar.
Apalagi pada tahun 2020, angkanya sedikit meningkat dan hanya mencapai 5,13 ton. Namun pada tahun 2021, hasil panen padi mencapai 5,23 ton per hektar. Kemudian pada tahun 2022, produksi beras dalam negeri hanya mencapai 5,24 ton. Pada tahun 2023 sedikit meningkat menjadi 5,26 ton per hektar.
“Jadi jadi bumerang, teman-teman di pemerintahan juga sudah bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas tapi hasilnya tidak seberapa,” kata Wakil Ketua Dewan Pakar Ikatan Alumni IPB ini.
Arifin mengatakan produktivitas tanaman padi Indonesia masih rendah karena masih minimnya pemanfaatan penelitian, inovasi, dan serapan teknologi.
“Karena kita lebih mengandalkan luas panen, maka jika luas panen terganggu akibat El Niño, maka hasil panen tidak akan meningkat,” ujarnya.
Untuk itu, pemerintah harus segera membuat strategi perubahan untuk meningkatkan potensi produksi pertanian dalam menghadapi pertumbuhan penduduk yang pesat. Sinergi dari manajemen inovasi serta penelitian dan pengembangan sangatlah penting.
Bustanul mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas lahan, pemerintah harus memberikan insentif kepada petani untuk melakukan perubahan teknologi. Selain itu, peningkatan akses terhadap pertanian seperti pupuk, benih, pengembangan pertanian cerdas, pertanian presisi dan digitalisasi rantai nilai.
“Inovasi kita rendah. Secara teori IPB telah mengembangkan smart farming, namun belum diadopsi. Jadi pekerjaan rumah kita adalah mendorong teman-teman kita di pemerintahan untuk mengadopsinya,” ujarnya. (Ahmad Sudarno)